Tradisi sibernetika dan tradisi Retorika
Nama : Chrisdiana yulianti
Nim : E1101161061
Prodi : ilmu komunikasi
Tradisi
sibernetika dan tradisi retorika
Tradisi
sibernetika
Tradisi sibernetika adalah suatu sistem
yang merupakan seperangkat komponen-komponen yang saling berinteraksi dan berkerjasama.
Membentuk suuatu tujuan yang telah di sepakati bersama.tradisi retorika
mempunyai 4 variasi teori :
1. Teori
sistem dasar ( basic system theory)
Sistem-sistem yang
berbentuuk nyata dan dapat dianalisis serta di observasi dari luar. Kita
sendiri dapat melihat dari bagaimana semua berinteraksi
2. Sibernetika
(cybernetics )
Sibernernetika oleh
Nobert Wiener merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada
putaran timbal balik dan proses-proses kontrol, konsep ini mengarah pada
bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama lainnya.
3. Teori
sistem umum(general system theory-GST)
Ludwig Von Bertalanffy
menyatakan tradisi ini menggunakan prinsip prinsip sistem yang menunjukan
bagaimana benda dalam banyak kajian yang berbeda satu sama lainnya membentuk
kosa kata umum bagi komunikasi.
4. Sibernetika
tingkat dua (second-order cybernetics)
Peneliti tidak dapat
melihat bagaimana sistem dapat bekerja dengan berada di luar sistem dapat
bekerja dengan di luar system itu sendiri karena peneliti selalu di ikat secara
sibernetika dengan sistem yang di observasi.
Tradisi sibernetika memandang komunikasi
sebagai mata rantai untuk menghubungkan bagian bagian yang terpisah dalam suatu
sistem. Ide komunikasi untuk memproses informasi dikuatkan oleh Claude Shannon
dengan penelitiannya pada perusahaan Bell Telephone Company. Dalam penelitian
ini pada setiap tahapan yang dilalui dalam proses penyampaian pesan kepada
penerima pesan. Sehingga pesan yang diterima berbeda dari apa yang dikirim pada
awalnya. Bagi Shannon, informasi adalah sarana untuk mengurangi ketidak
pastian. Tujuan dari teori ini adalah untuk memaksimalkan bahwa informasi yang
dapat dimuat dalam suatu sistem. Ide sistem inilah yang membentuk inti
pemikiran sibernetika. Sistem merupakan seperangkat komponen komponen yang
saling berinteraksi,yang bersama
membentuk sesuatu yang lebih dari sekedar jumlah bagian bagian. Bagian apapun
dari sebuah selalu di paksa oleh ketergantungan bagian-bagian lainnya dan
membentuk saling ketergantungan inilah
yang mengatur sistem itu sendiri. Namun sistem tidak akan bertahan tanpa
mendatangkan asupan-asupan baru dalam bentuk input. Karenanya, sebuah sistem
mendapatkan input dari lingkungan, memproses dan menciptakan timbal balik
berupa hasil kepada lingkugan, memproses dan menciptakan timbal balik berupa
hasil kepada lingkungan. Input dan output terkadang berupa materi-materi nyata
atau berupa energi dan informasi karena sifat ketergantungan inilah yang
kemudian sistem memiliki ciri khas berupa regulasi, diri dan kontrol. Dengan
kata lain kata, monitor sistem, mengatur dan mengontrol keluaran mereka agar
stabil serta mencapai tujuan.
Termostat(alat
pengukur/pengimbang panas) dan alat pemanas (heater) merupakan contoh sederhana
kontrol sistem. Dalam sistem yang kompleks, sejumlah putaran timbal balik
menghubungkan semua bagian. Putaran timbal balik ini disebut network (jaringan)
. konsekuensi logisnya, ada hubungan positif dan negatif. Dalam hubungan
positif, variabel-variabel meningkat dan menuru secara bersamaan.sedang dalam
hubungan negatif variabel-variabel berbanding terbalik, sehingga jika satu
meningkat, lainnya akan menurun. Ide –ide pokok teori sistem, sungguh sangat
berkaitan dan konsisten. Semuanya memiliki pengaruh utama pada banyak hal,
termasuk komunikasi. Luasnnya penerapan sistem dalam lingkungan nyata,fisik,dan
sosial sehingga tradisi sibernetika tidaklah monolitik.sibernetika sebagai
wilayah kajian,merupakan cabang dari teori sistem yang memfokuskan diri pada putaran timbal
balik dan proses proses kontrol. Konsep ini mengarahkan pada pertanyaan
bagaimana sesuatu saling mempengaruhi satu sama lainnya dalam cara yang tidak
berujung, bagaimana sistem mempertahankan kontrol, bagaimana dapat
keseimbangan, serta bagaimana putaran timbal balik dapat mempertahankan keseimbangan
dan membuat perubahan.
Tradisi
retorika
Retorika
awalnya berhubungan dengan persuasi,sehingga di maknai sebagai seni penyusunan
argumen dan pembuatan naskah pidato. Lantas berkembang meliputi proses “
adjusting ideas to people and people to ideas” dalam segala jenis pesan. Fokus
dari retorika ini sendiri sudah di perluas bahkan lebih mencakup segala cara
manusia dalam menggunakan simbol untuk memengaruhi lingkungan di sekitar dan
untuk membangun tempat kita tinggal.
Pusat
dari tradisi retorika adalah 5 karya agung tradisi ini sendiri yakni :
penemuan, penyusunan, gaya, penyampaian, dan daya ingat. Semuanya adalah
elemen-elemen dalam mempersiapkan sebuah pidato, sedangkan pidato orang yunani
dan roma kuno berhubungan dengan ide-ide penemuan, pengaturan ide, memilih
bagaimana membingkai ide-ide tersebut dengan bahasa serta akhirnya penyampaian
isu dan daya ingat. Penemuan, mengacu pada konseptualisasi yakni proses
menentukan makna dari simbol melalui interprestasi, respon terhadap fakta yang
tidak mudah ditemukan pada apa yang telah ada, tetapi menciptakannya melaluii
penafsiran dari kategori-kategori yang digunakan.
Penyusunan,
adalah pengaturan simbol-simbol, menyusun informasi dalam hubungannya di antara
orang-orang, simbol-simbol dan konteks yang terkait. Gaya, berhubungan dengan
semua anggapan yang terkait dalam penyajian dari semua simbol tersebut,
sebagaimana dengan semua sifat dari simbol,mulai dari kata-kata dan tindakan
sampai pada busana dan perabotan. Peyampaian, menjadi perwujudan dari simbol-simbol dalam bentuk fisik, mencakup
pilihan nonverbal untuk berbicara, menulis dan memediasikan pesan. Dan daya
ingat tidak lagi mengacu pada penghapalan pidato, tetapi cakupan yang lebih
besar dalam mengingat budaya sebagaimana dengan proses persepsi yang
berpengaruh pada bagaimana kita menyimpan dan mengolah informasi.periodesasi
pemaknaan retorika meliputi: tradisi retorika klasik, pertengahan,renaissance,
pencerahan, kontemporer dan postmodern. Di zaman klasik (abad V s/d abad 1 SM),
di dominasi usaha usaha untuk mendefenisikan dan menyusun peraturan dari seni
retorika. Para guru pengembara (sophist) mengajarkan seni berdebat di kedua
sisi pada sebuah kasus, instruksi retorika paling awal di yunani. Plato tidak
sepakat terhadap pendekatan relativistic sophist
terhadap pengetahuan yang meyakini adanya pengetahuan yang meyakini adanya
kebenaran absolut. Aristoteles, murid plato mengambil pendekatan yang lebih
pragmatis terhadap seni, sehingga kita mengenal retorika.
Zaman pertengahan(400-1400 M), memandang kajian retorika
yang berfokus pada permasalahan penyusunan dan gaya. Retorika pada babak ini,
telah meredahkan praktik dan seni pagan, serta berlawanan dengan Kristen yang
memandang kebenaran sebagai keyakinan. Orientasi sebagai pragmatis terhadap retorika
pertengahan juga bukti lain kegunaan dari retorika zaman pertengahan, untuk
penulisan surat. Renaissance (1300-1600 M), memandang sebuah kelahiran kembali
dari retorika sebagai filosofi seni. Para penganut humanisme yang tertarik
danberhubungan dengan semuaaspek dari manusia, biasa menemukan kembali teks
retorika klasik dalam sebuah usaha untuk mengenal dunia manusia. Rasionalisme
menjadi tren di aera Reenaissance. Focus pada rasional selama zaman pencerahan
berati retorika di batasi karena gayanya, memunculkan pergerakan bells lettres (surat-surat indah atau
menarik). Bells lettres mengacu pada
karya sastra dan semua karya seni murni : retorika, puisi, drama, musik dan
bahankan berkebun,dan semuanya dapat diuji menurut kriteria astetika yang sama.
Retorika kontemporer (abad XX), menunjukan sebuah
kenaikan pertumbuhan dalam retorika ketika jumlah, jenis dan pengaruh
simbol-simbol meningkat. Ketika sebuah abad dimulai dengan sebuah penekanan
pada nilai berbicara di muka umum bagi masyarakat yang ideal, penemuan media
massa menghadirkan focus baru dalam visual dan verbal.
sumber referensi :
Buku Teori Komunikasi
oleh STEPHEN W LITTLE JOHN & KAREN A FOSS
Komentar
Posting Komentar